POSTMODERNISME : PENGERTIAN, SEJARAH, CIRI-CIRI, DAN TOKOH

Postmodernisme adalah salah satu aliran filsafat yang seringkali diidentikkan dengan aliran post-strukturalisme. Padahal sebenarnya kedua aliran filsafat ini memiliki perbedaan meskipun dasar pemikirannya memang mirip. Post-Strukturalisme sendiri merupakan kelanjutan dari aliran filsafat Strukturalisme yang berkembang di Perancis sekitar tahun 1960-an.

Lantas apakah Post-Modernisme juga merupakan pemikiran lanjutan dari aliran Modernisme? Jika iya, perubahan apa saja yang diusung oleh Postmodernisme? Untuk lebih jelasnya, kami akan mencoba mengulas secara lebih dalam mengenai aliran filsafat yang satu ini.
 

Pengertian Postmodernisme

Mengenai pengertian Postmodernisme sendiri, banyak hal yang harus diperhatikan di dalamnya. Pasalnya kelahiran aliran filsafat ini ditengarai oleh beberapa hal, terutama pada kritik atas pemikiran filsafat Modernisme.
POSTMODERNISME : PENGERTIAN, SEJARAH, CIRI-CIRI, DAN TOKOH
 
Mengutip dari buku Aliran-Aliran Utama Filsafat Barat Kontemporer karya Misnal Munir, Postmodernisme adalah nama gerakan dalam late capitalism (Kapitalisme Lanjut), yang secara khusus ada dalam bidang seni. Pada masyarakan Barat Kontemporer, istilah Post-Modernisme digunakan dalam banyak bidang dan disiplin ilmu sehingga menjadi cukup populer.

Sebagai salah satu aliran filsafat yang lebih khusus bergerak di bidang seni dan sastra, tak banyak orang yang mengetahui bagaimana cara mendefinisikan aliran Postmodernisme. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Di antaranya adalah sebagai berikut: 
  1. Tidak adanya definisi tentang Postmodernisme karena pada umumnya tokoh-tokohnya menolak pendefinisian.
  2. Pengikut Postmodernisme umumnya menolak adanya kebenaran tunggal dalam dunia filsafat ataupun ilmu. 
  3. Para pemikir Postmodernisme menolak segala macam atribut Modernisme.
Berdasarkan penelusuran dari berbagai tokoh Postmodernisme, istilah ‘Post-Modernisme’ selalu dilawankan dengan ‘Modernisme’. Hal ini karena Postmodernisme merujuk pada ambruknya bentuk-bentuk social yang diasosiasikan dengan Modernitas yang actual dan baru saja terjadi. Setidaknya berikut ini beberapa dikotomi antara atribut Postmodernisme dan Modernisme.
  • Modernisme – Sentralisasi | Postmodernisme – Desentralisasi
  • Modernisme – Pertarungan Kelas | Postmodernisme – Pertarungan Etnis 
  • Modernisme – Konstruksi | Postmodernisme – Dekonstruksi 
  • Modernisme – Kultur | Postmodernisme – Subkultur 
  • Modernisme – Hermeneutis | Postmodernisme – Nihilisme 
  • Modernisme – Budaya Tinggi | Postmodernisme – Budaya Rendah 
  • Modernisme – Hierarki | Postmodernisme – Anarki 
  • Modernisme – Industri | Postmodernisme – Post-Industri 
  • Modernisme – Kekuatan Negara | Postmodernisme – Kekuatan Bersama 
  • Modernisme – Agama | Postmodernisme – Sekte-Sekte 
  • Modernisme – Legitimasi | Postmodernisme – Delegetimasi 
  • Modernisme – Konsensus | Postmodernisme – Disensus 
  • Modernisme – Kontinuitas | Postmodernisme – Diskontinuitas 
  • Modernisme – Unitas | Postmodernisme – Pluralitas 
  • Modernisme – Uniformitas | Postmodernisme – Pluriformitas 
  • Modernisme – Homogenitas | Postmodernisme – Heterogenitas 
  • Modernisme – Teori | Postmodernisme – Paradigma

Setidaknya itulah beberapa perbedaan antara Modernisme dan Postmodernisme. Dengan jelas, Postmodernisme lebih cenderung mengusung tentang pluralitas dan keberagaman. Sedangkan Modernisme lebih condong mengarah pada universalitas.
 

Pengertian Postmodernisme menurut Para Ahli

Meskipun pada penjelasan di atas bahwa dikemukakan bahwa para penganut Postmodernisme sulit untuk mendefinisikan apa itu Postmodernisme, namun ada beberapa tokoh yang mencoba menjelasakannya. Setidaknya berikut adalah pengertian Postmodernisme menurut pada ahli. Di antaranya adalah sebagai berikut:
 

1. Anthony Giddens

Menurut Anthony Giddens, Postmodernisme adalah gerakan yang muncul sebagai agenda sosial dan agenda politik yang berkonsentrasi pada lingkungan. Setelah itu, istillah Postmodernisme menjadi istilah pengganti daripada sistem Kapitalisme dan Sosialisme yang berkembang saat ini. Pendapat tersebut berasal dari bukunya yang berjudul “The Consequences of Modernity”.
 

2. Bob Hostetler dan Josh McDowell

Postmodernisme adallah perspektif terhadap dunia yang ditandai dengan munculnya keyakinan tentang kebenaran yang diciptakan, bukan kebenaran yang berasal dari kebudayaan yang ada dalam masyarakat.
 

3. Jean-Francois Lyotard

Lyotard merupakan salah seorang filsuf Postmodernisme yang sangat terkenal. Pandangannya mengenai aliran Postmodernisme lebih cenderung di bidang seni dan sastra. Menurut Lyotard, Postmodernisme adalah sesuatu yang muncul akibat ketidakpercayaan terhadap permasalahan yang besar dalam melegitimasikan perkembangan ilmu pengetahuan.

Lebih jauh, dalam buku “The Post-Modern Contiditon: A Report on Knowledge” dijelaskan bahwa proyek Modernitas tellah gagal dalam membebaskan manusia dari belenggu dogmatisme. Hal ini pulalah yang kemudian memicu munculnya Postmodernisme.
 

4. Marvin Harris

Pengertian postmodernisme menurut para ahli yang berikutnya muncul dari Marvin Harris. Ia berpendapat bahwa Postmodernisme adalah pergerakan munculnya pandangan intelektual yang berbalik dengan Modernisme. Postmodernisme memberi titik focus dalam pemahaman budaya dan juga penelitian yang dianggap lebih istimewa.
 

5. Habermas

Menurut Habermas, pengertian Postmodernisme adalah terjadinya keberadaan terhadap kebudayaan elit yang justru dihancurkan pada masa Modernisme.

Dari pengertian postmodernisme di atas, dapat ambil sebuah garis besar bahwa Postmodernisme menjadi aliran yang berlawanan dengan Modernisme. Postmodernisme lebih cenderung berfokus pada hal-hal yang sifatnya Plural, berkebalikan dengan Modernisme yang Universal.
 

Sejarah Postmodernisme

Seperti hanya aliran filsafat pada umumnya, kemunculan dan sejarah Postmodernisme diawali oleh pemikiran filsuf. Dalam hal ini, beberapa filsuf seperti Nietzsche, Husserl, dan Wittgenstein mengambil peranan yang cukup penting. Selain itu, tokoh Strukturalisme seperti Lacan dan Foucault juga berperan pada cikal bakal kemunculan Postmodernisme.

Nietzsche (1844 – 1900 M) adalah tokoh sentral bagi aliran Postmodernisme. Meskipun ia hidup di abad 19, namun pemikirannya selalu melampaui jamannya. Nietzsche beranggapan bahwa karya-karya tulisannya akan bermanfaat bagi khalayak di masa depan. Inilah yang kemudian menjadikan Nietzsche dipandang sebagai seorang filosof ‘Anumerta’.

Hal ini terbukti pada seratus tahun kemudian di mana para filsuf, terutama filsuf Postmodernisme, mengakui tulisan-tulisan Nietzsche. Adapun beberapa pemikiran Nietzsche tentang Postmodern yang dijadikan sebagai salah satu acuan adalah: 
  1. Pemajemukan kesadaran Modern melalui cerita rakyat.
  2. Relativitas Nilai, makna, dan tatanan nilai yang tidak objektif.
  3. Anti kemapanan.
Itulah garis besar cikal bakal dan sejarah kemunculan Postmodernisme.
 

Ciri-Ciri Postmodernisme

Kita telah membahas mengenai pengertian Postmodernisme baik secara umum hingga dari pandangan beberapa pemikir. Kini saatnya mengulas lebih jauh mengenai ciri-ciri Postmodernisme yang membedakannya dengan aliran filsafat lainnya. Mengutip dari buku “Aliran-Aliran Utama Filsafat Barat Kontemporer” karya Misnal Munir, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai ciri khas Postmodernisme.

Dalam hal ini, teori social Post-Modern mecoba menteorikan perkembangan teori ini dengan menggunakan teori Modernitas dan menciptakan pemahaman baru. Jaman Postmodernisme menurut teoritisi social Postmodernisme ditandai dengan:
 

1. Globalisasi

Maksudnya adalah bangsa dan wilayah semakin terhubung satu sama lain sehingga mengaburkan perbedaan antar bangsa dan wilayah maju (negara maju) dengan bangsa dan wilayah terbelakang (negara berkembang).
 

2. Lokalitas

Adanya kecenderungan global yang berdampak pada lingkungan local yang memungkinkan setiap orang memahami dinamika local dengan mempelajari manifestasi lokal.
Akhir dari “Akhir-Sejarah”

Artinya Modernitas bukanlah tahap akhir sejarah. Hal ini sebagaimana dianggapkan oleh Marx yang mengatakan bahwa pada masa Post-Industrial segala kebutuhan dasar manusia akan terpenuhi dan konflik kelompok serta persaingan ideology akan menghilang. Sebaliknya, bagi Postmodernisme, Post-Industri adalah suatu tahap sejarah yang terputus dengan haris halus perkembangan revolusioner kapitalis sebagaimana dirancang oleh pendukung Pencerahan dan oleh pendiri teori Sosiologi dan ekonom borjuis.
 

3. “Kematian” Individu

Konsep borjuis tentang subjektivitas tunggal dan tetap yang secara jelas dibedakan dari dunia luar tidak lagi masuk akal dalam kacamata Post-Modernitas. Kini, diri atau subjek telah menjadi lahan pertarungan tanpa batas antara dirinya dan dunia luar. Dalam hal ini, Jacques Lacan mengkonsepkan masyarakat sebagai subjek tunggal dan tetap, sekaligus menjadi subjek yang tengah berubah.
 

4. Mode Informasi

Salah satu ciri-ciri Postmodernisme adalah mode informasi yang juga berubah. Cara produksi, dalam terminology Marxis, kini tak lagi relevan apabia dibandingkan dengan apa yang disebut Max Poster, mode informasi sebagai cara masyarakat Postmodernisme mengorganisir dan menyebarkan informasi dan hiburan.
 

5. Simulasi

Dunia penuh simulasi. Pandangan ini pertama kali dikemukakan oleh Baudrillard yang berpandangan bahwa realitas tidak stabil dan tak dapat diacak dengan konsep saintifi tradisional, termasuk dengan cara-cara Marxisme.

Masyarakan tersimulasi, tertipu daam citra dan wacana yang secara cepat dank eras menggantikan pengalaman manusia atas realitas. Salah satu kendaraan utama dari simulai adalah iklan.
 

6. Perbedaan dan Penundaan dalam Bahasa

Mengenai ciri-ciri Postmodernisme yang berikutnya datang dari bidang Bahasa. Hal ini tidak terlepas dari pandangan Derrida tentang Postmodernisme. Postmodernisme Derrida mengatakan bahwa dalam dunia Post-Modernitas, Bahasa tidak lagi berada pada hubungan representasional pasif atas kenyataan, sehingga kata dapat secara jelas dan jernih menggambarkan realitas dunia. Bahasa dalam dunia Post-Modernitas ditandai dengan pembacaan teks melalui medote dekonstruksi, yakni aktivitas kreatif dengan memberikan makna yang hilang atau ambigu.

Penguatan pembacaan dekonstruksi mengubah hubungan hirarkis antara penulisan dan pembacaan atau kritisisme. Penulisan tidak llagi dipandang sebagai kegiatan primer dan pembacaan atau kritisme tidak lagi dipandang sebagai kegiatan sekunder atau derivatif.
 

7. Polivokalitas

Artinya segala hal dapat dikatakan secara berbeda dalam berbagai cara yang secara inheren tidak ada superior ataupun inferior. Karena itulah ilmu memiliki sejumlah ‘narasi’ yang saling melengkapi, menyaingi dan mengkontraskan. Tidak ada ilmu yang memiliki status epistemologis yang istimewa (teori yang satu lebih superior dari teori yang lain).
 

8. Gerakan Sosial Baru

Terdapat berbagai gerakan akar rumput bagi perubahan social progresif, suatu gerakan tidak lagi dibatasi oleh warna kuilit, kebangsaan. Gerakan massa lebih variatif. Contohnya adallah gerakan pembela lingkungan, kaum feminis, kaum gay, dan sebagainya.
 

9. Kritik atas Grand Narative atau Narasi Besar

Cerita agung sebagai satu-satunya penjelasan tentang sejarah dan masyarakat dikritik dan ditolak. Lyotard lebih menyukai cerita kecil mengenai masalah social yang dikatakan oleh manusia sendiri pada level kehidupan dan perjuangan mereka di tingkat lokal. Lebih jauh mengenai Narasi besar akan kami jelaskan pada kesempatan berikutnya.

Setidaknya itulah beberapa ciri-ciri Postmodernisme yang membedakan aliran filsafat ini dengan aliran pemikiran lainnya. Dapat dilihat bahwa Postmodernisme memang cenderung bertentangan dengan Modernisme.
 

Postmodernisme dalam Berbagai Bidang

Telah dijelaskan di atas mengenai pengertian Postmodernisme hingga ciri-ciri Postmodernisme. Lebih jauh dari itu, Postmodernisme pun digunakan dalam berbagai bidang keilmuan, khususnya Bahasa dan Sastra. Selain itu, Postmodernisme sendiri juga muncul di bidang kebudayaan karena memang pemikiran yang diusung juga berkaitan dengan kebudayaan itu sendiri.
 

Postmodernisme Sastra dan Bahasa

Postmodernisme sastra dan Bahasa memang cukup terkenal. Salah satu tokoh Postmodernis di bidang ini adalah Jacques Derrida. Postmodernisme Derrida terkendal dengan metode deskontruski. Metode ini dihubungkan dengan ‘metafisika kehadiran’. Berbeda dengan para fillosof yang sebelumya yang meyakini bahwa ‘kehadiran’ adalah suatu kepastian yang tidak dapat disangkal.

Postmodernisme Derrida menyangkal adanya kemungkinan kehadiran sebagai moment tunggal yang dapat didefinisikan sebagai ‘masa kini’. Bagi kebanyakan orang, masa kini adalah wilayah yang diketahui, lain halnya dengan masa lampau yang kejadiannya tidak diketahui, demikian juga dengan masa depan.

Deskonstruksi merupakan gerakan intelektual dalam aliran Post-Fenomenologis dan Post-Strukturalis untuk membaca teks. Maksudnya adallah melacak struktur dan strategi pembentukan makna dibalik setiap teks dengan membongkar sistem perlawanan-perlawanan utama yang tersembunyi di dalamnya.

Membaca teks dengan cara dekonstruksi tidak bermaksud mencari makna tetapi berusaha memperlihatkan ketidakutuhan dalam sebuah teks. Dengan metode ini, Derrida ingin menunjukkan bahwa setiap filsuf membentuk sebuah model baru realitas, akan selalu ada kelemahannya.
 

Postmodernisme dalam Bidang Kebudayaan

Dalam bidang kebudayaan, Postmodernisme juga memberikan peranan yang cukup besar. Postmodernisme dalam bidang kebudayaan memiliki beberapa ciri seperti yang telah disebutkan di atas. Salah satu contoh postmodernisme di bidang kebudayaan adalah pluralitas berpikir dihargai, setiap orang berbicara dengan bebas sesuai pemikirannya. Dalam hal ini, Postmodernisme menolak arogansi dari setiap teori, sebab setiap teori juga memiliki tolak pilar masing-masing dan semua itu memiliki kebergunaan.

Di samping itu, dalam bidang kebudayaan, tak dapat dipungkiri bahwa tatanan atau gaya hidup masyarakan modern akan menemui sebuah titik kejenuhan. Salah satu contohnya adalah kejenuhan terhadap sesuatu yang berbau industrialis yang kemudian memunculkan konsep go green. Dalam pemikiran Postmodernisme, sesungguhnya manusia telah sadar terhadap kodratnya sebagai makhluk sosial yang sejatinya membutuhkan satu sama lain. Selain itu, penghargaan terhadap sebuah karya tangan lebih tinggi dibandingkan karya industrial.
 

Kelebihan dan Kekurangan Postmodernisme

Setelah cukup dalam mengulas tentang Postmodernisme, kini saatnya memberikan sebuah kritik atau pandangan mengenai kelebihan dan kekurangan Postmodernisme. Kelebihan Postmodernisme antara lain bahwa perspektif postmodernisme dapat membuat manusia peka terhadap kemungkinan bahwa wacana besar positif, prinsip etika etika postifi, dapat diputar dan dipakai untuk menindas manusia. Hal ini karena martabat manusia harus dijunjung tinggi, seperti kebebasan adalah nilai tinggi, tetapi bisa saja terjadi bahwa kebebasan sekelompok orang mau ditiadakan.

Postmodernisme membuat manusia sadar, sebuah kesadaran bahwa semua cerita besar perlu dicurigai, perlu diwaspadai agar tidak menjelma menjadi rezim totalitarianisme yang hanya mau mendengarkan diri sendiri dan mengharuskan suara-suara yang berbeda dari luar. Menurut Franz Dahler, ada beberapa segi positif Postmodernisme yakni: 
  1. Keterbukaan untuk keberagaman masyarakat dan toleransi.
  2. Perlawanan terhadap monopoli 
  3. Perlawanan terhadap Grand Narrative seperti agama, aliran kepercayaan, idealisme tunggal, dan sebagainya.
Sedangkan untuk kelemahan Postmodernisme, Zaprulkhan menyatakan terdapat 3 kelemahan utama dalam aliran filsafat Postmodernisme. Di antaranya adalah: 
  1. Postmodernisme hanya semangat untuk memprosikan narasi-narasi kecil sehingga seolah buta bahwa juga terdapat kebusukan dari narasi-narasi kecil tersebut.
  2. Aliran Postmodernisme tidak membedakan antara ideologi, di satu pihak dan prinsip-prinsip universal etika terbuka, di pihak lain. 
  3. Postmodernisme menuntut untuk menyingkirkan narasi besar demi narasi kecil. Dengan kata lain, sebenarnya Postmodernisme juga melakukan sebuah kontradiksi, di mana aliran ini memaklumkan kepada umat manusia bahwa maklumat-maklumat cerita besar harus ditolak yang sama artinya dengan memaklumatkan bahwa maklumat itu sendiri tak perlu dihiraukan.
Itulah beberapa kelebihan dan kelemahan Postmodernisme. Ini adalah hal yang wajar mengingat setiap aliran pemikiran memang punya sisi positif dan negatif.
 

Tokoh-Tokoh Postmodernisme

Untuk tokoh Postmodernisme, terdapat beberapa filsuf yang pemikirannya memang dijadikan patokan filsul lain. Meskipun sebenarnya aliran ini dimulai dari pemikiran Nietzsche, namun Nietzsche tidak dimasukkan dalam tokoh Postmodernisme. Hal ini karena Nietzsche sendiri tidak secara detail menjelaskan mengenai aliran Postmodernisme. Lantas siapa saja tokoh-tokoh Postmodernisme? Mengutip dari Aliran-Aliran Utama Filsafat Barat Kontemporer karya Misnal Munir, berikut tokoh Postmodernisme.
 

Jean Francois Lyotard (1924 – 1998 M)

Lyotard merupakan salah satu tokoh Postmodernisme yang sangat terkenal. Hal ini karena Lyotard lah yang mulai berani membedah konsep-konsep Modernisme yang kemudian melahirkan aliran ini. Menurut Lyotard, proyek Modernitas telah mengalami kegagalan untuk membebaskan manusia dari belenggu dogmatisme. Beberapa tema pokok tentang Modernisme yang dikritik oleh Lyotard dalam karyanya adalah: 
  1. Modernitas merupakan proyek intelektual dalam sejarah Kebudayaan Barat yang mencari kesatuan di bawah bimbingan suatu ide pokok yang terarah pada kemajuan.
  2. Proyek Modernitas itu mencakup pengetahuan, kesenian, ekonomi, dan politik. 
  3. Kemajuan dalam Modernitas bertujuan untuk emansipasi, membebaskan manusia dari kebodohan, kemiskinan, dan perbudaan. 
  4. Modernism ditandai oleh Grand Narratives yang menjadi mitos, yang melegitimasi institusi-institusi, praktek sosial politik, sistem hukum serta moral, dan seluruh cara berpikir manusia.
Dengan pemikiran tersebutlah kemudian Postmodernisme ala Lyotard menjadi patokan para penganut aliran ini.

Jacques Derrida (1930 – 2007 M)

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa Derrida sebenarnya merupakan seorang Strukturalis. Pada perjalanan pemikirannya, ia mengkritik Strukturalisme. Setelah itu, ia menerbitkan buku On Grammatology yang kemudian membuatnya lebih dikenal sebagai Post-Strukturalisme atau Post-Modernisme.

Adapun pemikiran Postmodernisme Derrida yang mengkritik Strukturalisme adalah: 
  1. Derrida meragukan hukum umum yang dianut oleh para Strukturalis.
  2. Ia mempertanyakan oposisi antara subjek dan objek, yang menjadi dasar kemungkinan deskripsi objektif. Deskripsi objek menurut Derrida tidak dapat dilepaskan dari hasrat subjek.
  3. Ia mempertanyakan struktur oposisi.
Di samping itu, Postmodernisme Derrida kemudian lebih terkenal di bidang Bahasa dimana ia menggunakan metode Dekonstruksi.

Jean-Baudrillard (1929 – 2007 M)

Tokoh Postmodernisme yang satu ini dapat dikatakan hidup satu masa dengan Derrida. Baudrillard merupakan sosiolog yang menawarkan banyak gagasan dan wawasan. Berbeda dengan Lyotard yang focus pada seni dan sastra serta Derrida yang berfokus pada Bahasa, Baudrillard contoh pada komunikasi.

Jean-Baudrillard mendasarkan pemikirannya dalam sketsa historis transisi dari Modernitas ke Post-Modernitas. Ia menulis tentang dunia yang dikonstruksi dari model atau simulacra, yang tidak merujuk atau mendasarkan diri pada realitas apapun, selain dari dirinya sendiri. Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai pemikiran postmodernisme Baudrillard, akan kami bahas pada artikel selanjutnya. Ini karena konsep pemikiran Postmodernisme yang diusungnya cukup rumit.

Setidaknya itulah penjelasan mengenai pengertian Postmodernisme, ciri-ciri Postmodernisme, hingga tokoh-tokoh Postmodernisme. Semoga apa yang kami jelaskan pada kesempatan kali ini dapat memberikan manfaat bagi Anda.




Belum ada Komentar untuk "POSTMODERNISME : PENGERTIAN, SEJARAH, CIRI-CIRI, DAN TOKOH"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel